Mengingat fenomena kekinian tentang pentingnya peran pendidikan di keluarga, pegiat Komunitas Sahabat Ayah sekaligus pendiri dan pembina Yayasan Kita Ustadz Bendri Jaisyurrahman mengatakan bahwa banyak faktor yang harus di analisis. Bahwa pendidikan keluarga kalau tidak berbasis pada sumber Qur’an dan Sunnah hanya akan melihat sisi dari kebutuhan materi, sehingga indikator-indikator yang dilihat pada keluarga tersebut dianggap sukses kalau berkaitan dengan rumah dan materi saja.
Hal ini disampaikannya pada acara Sekolah Keluarga “Good Family” yang dilaksanakan oleh Ma’had Al Qur’an Andalusia bekerjasama dengan Komunitas Cinta Anak Palangka Raya, Minggu (19/01) di Aula Asrama Haji jalan G. Obos Palangka Raya.
Menurutnya, keluarga Islam adalah keluarga yang memiliki visi jauh, yakni berkumpul di syurga. Bukan sebaliknya, jika hanya berorientasi pada materi maka di dalam keluarga orang-orang hanya berpikir materialistis.
“Seperti yang saya sampaikan tadi waktu pemaparan materi, bahwa visi keluarga Islam adalah berkumpulnya keluarga di syurga”, terangnya.
Fenomena ini yang coba diingatkan Ustadz dengan sapaan Ajo Bendri ini kepada seluruh keluarga, ataupun orang yang ingin berkeluarga. Karena kalau mengejar akhirat Insya Allah dunianya dapat, tapi kalau mengejar dunia, akhirat tidak dapat.
“Fenomena ini yang kita coba ingatkan, karena kalau kita mengejar akhirat Insya Allah kita dapat dunia, tapi sebaliknya kalau kita mengejar dunia, kita gak dapat akhirat”, jelasnya.
Saat ditanya tips sederhana untuk keluarga di era sekarang, Ustadz yang baru saja menerbitkan buku judul FatherMan ini menegaskan bahwa belajar adalah kuncinya.
“Pertama sekali belajar ilmunya. Pelajarilah ilmunya sebelum engkau menjalani peran dalam rumah tangga. Karena salah satu yang membuat kacau negeri ini adalah ketika peran itu gak pake ilmu”, terangnya.
Padahal kata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, seperti dalam hadits yang diriwatkan oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslim bersabda bahwa sesungguhnya Allah mewajibkan kita bersikap professional dalam segala urusan.
“Nah, kalau jadi ayah atau ibu jangan jadi ayah atau ibu KW atau amatiran. Bapak ibu amatiran tidak punya ilmu, dan beresiko. Kata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam jika suatu urusan diserahkan kepada yang tidak ngerti ilmunya, tunggu datang masa hancurnya”, terangnya. “Dokter saja belajar, pilot saja harus belajar menerbangkan pesawat, apalagi kita mendidik generasi masa depan, jadi harus rajin belajar sebagai kuncinya”, tutupnya. (dyn)
Yandi Novia | Blogger Kalteng
Tinggalkan komentar: