Teori Media Klasik (Classical Media Theory) merujuk pada serangkaian pandangan dan teori yang berkembang pada abad ke-20 dan digunakan untuk memahami peran media massa dalam masyarakat. Teori ini pertama kali muncul pada era industri media dan didasarkan pada pemahaman bahwa media massa memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini publik dan perilaku sosial.
Salah satu teori utama dalam media klasik adalah “Teori Efek Langsung” (Direct Effect Theory), yang menyatakan bahwa media massa memiliki pengaruh langsung pada perilaku dan pandangan individu. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa media massa memiliki kemampuan untuk mengontrol pesan dan mempengaruhi publik dengan cara yang konsisten dan linear.
Teori lain dalam media klasik termasuk “Teori Agenda Setting” (Agenda Setting Theory), yang mengasumsikan bahwa media massa memiliki kekuatan untuk menentukan isu-isu yang diperbincangkan di masyarakat, serta “Teori Kultivasi” (Cultivation Theory), yang menyatakan bahwa media massa dapat membentuk pandangan dan persepsi individu terhadap realitas sosial.
Namun, teori media klasik telah dikritik karena tidak mempertimbangkan peran individu dalam memaknai dan memahami pesan media. Beberapa teori alternatif, seperti teori konstruksi sosial dan teori pemaknaan aktif (active audience theory), menekankan pentingnya konteks sosial, budaya, dan pengalaman individu dalam memahami cara media massa memengaruhi masyarakat.
Meskipun demikian, teori media klasik masih relevan dalam memahami peran media massa dalam masyarakat. Dalam praktiknya, teori ini dapat digunakan untuk merancang strategi komunikasi yang lebih efektif, serta untuk memahami bagaimana media massa memengaruhi opini publik dan perilaku sosial.
Tinggalkan komentar: