Apa yang dilakukan bapak ini bukan untuk mendiskreditkan NU atau Muhammadiyah. Bukan pula menunjukan ke-akuannya. Dan tentu, beliau tidak ikut campur pada perdebatan-perdebatan apapun perihal negeri ini.
Mungkin, sikap teladan yang ingin beliau tampilkan. Bahwa ketika ingin bergerak tidak perlu banyak syarat. Baju harus sama, atau kopiah harus sama. Kadang, kita terhalang oleh apa yang namanya ‘syarat dan ketentuan’. Sehingga hal demikian yang membuat terhalangnya silaturahim. Dari beliau kita belajar bagaimana Islam mengajarkan untuk dakwah menggembirakan.
Sosoknya tentu tampak jelas sudah tidak muda lagi. Tapi semangatnya untuk hadir sebagai penggembira Mukhtamar Muhammadiyah sangat layak untuk diikuti.
Jangan pernah mengganti kopiah bapaknya. Biarkan dia jadi dirinya sendiri.
*Yandi Novia | Kader Pemuda Muhammadiyah Kalteng | Penikmat Buku “Dua Menyemai Damai: Peran dan Kontribusi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam Perdamaian dan Demokrasi”
Tinggalkan komentar: